Didalam al-Quran ada tiga surat yang dinamakan dengan nama binatang kecil, yaitu an-naml (semut), al-ankabut (laba-laba) dan an-nahl (lebah).
Semut adalah binatang yang makan sedikit demi sedikit tanpa henti. Ia dapat menghimpun makanan untuk persediaan bertahun-tahun meski hidupnya tak sampai satu tahun. Ia makhluk yang sangat loba alias rakus, karena lobanya seringkali kita lihat ia memikul sesuatu yang lebih besar dari badannya, meskipun akhirnya tidak berguna bagi dirinya.
Di dalam surat an-Naml ini diuraikan sikap Firaun, seorang yang kaya raya karena raja dan seorang yang selalu haus akan kekuasaan tetapi ia sangat ingkar kepada Allah. Dan diceritakan pula di dalam surat an-naml tentang Nabi sulaiman, yaitu seorang yang memiliki kekuasaan yang tidak dimiliki manusia sebelum dan sesudahnya.
Di dalam surah al-ankabut diceritakan Sarang laba-laba adalah tempat yang paling rapuh, ia bukan tempat yang aman, apapun yang berlindung di sana akan disergapnya dan dimakannya. Jangankan serangga lain sedangkan jantannyapun setelah selesai berhubungan seks akan disergapnya dan dimusnahkan betinanya. Telurnya menetas saling memusnahkan karena saling berdesakan. Laba-laba adalah jenis binatang pemangsa.
Lebah adalah perumpamaan orang mukmin kata Nabi sebagaimana dalam hadistnya: “Matsalul mukmin matsalunnahlah in akalat akalat thayyiba wain wadhoat wadhoat thoyyiba wa in waqa’at ‘ala ‘udi syajarin lam yuksirhu”
Perumpamaan orang mukmin seperti lebah apabila makan ia makan yang baik-baik, bila ia tinggal tinggal di tempat yang baik dan bila ia hinggap di suatu tempat tidak merusaknya.
Lebah adalah binatang pemakan sari tumbuh-tumbuhan, ia mengolah makannya sendiri dan hasil olahannya menjadi madu dan lilin. Lilin berguna untuk penerang manusia dan madu dapat menjadi obat. Lebah binatang yang sangat disiplin, mengenal pembagian kerja, dan segala yang tidak berguna disingkirkan dari sarangnya. Ia tidak mengganggu kecuali ada yang mengganggunya, bahkan sengatannya dapat dijadiklan obat.
Dari ketiga binatang itu, merupakan tamsilan perilaku manusia sekarang. Ada manusia seperti semut, yang kerja mencari makan terus menunmpuk harta terus tak perduli hal lain, tak perduli halal haram semua disikat. Kecintaan kepada harta sangat luar biasa. (Sebagaimana firman Allah wainnahu lihubbil khairi lasyadid “Sungguh manusia itu sangat cinta kepada harta”) Tak jarang kita jumpai ada orang yang mencuri, korupsi, merampok dan lain sebagainya yang sulitnya diterima akal ada orang yang mencuri uang rakyat padahal dirinya sudah kaya, sudah punya mobil, punya hotel. Karena ingin memenuhi kebutuhannya menumpuk harta kekayaan, kalau perlu sampai tujuh turunan. Mengumpulkan harta walau harta itu tak akan dinikmatinya kelak. Di rumah penuh dengan barang-barang koleksi dari barang antic sampai barang yang paling mutakhir semua ada di rumah. Ada guci yang harganya jutaan rupiah, ikan hias harga puluhan juta. Dari mulai teras sampai ke dapur penuh dengan barang-barang kesukaannya katanya ingin koleksi barang. Meski sudah tak berguna tetap di simpan. Padahal bila diberikan kepada orang lain akan dapat dimanfaatkan.
Ada juga manusia yang mirip tingkahnya seperti laba-laba. Di mana-mana berbuat zhalim kepada orang lain. Tak perduli kepada siapapun. Pokoknya siapa yang dekat dengannya akan dihalimi. Bahkan isteri sendiripun didhalimi. Dipukul, disiksa, bahkan ada yang dapat melakukan pembunuhan terhadap isteri sendiri. Bila punya kekuasaan kekuasaannya hanya akan dipergunakan untuk mendhalimi orang lain bukan justru untuk melindungi. Bahkan kepada kaum yang lemah yang sudah tak berdaya sekalipun didholimi. Dengan menggunakan kekuasaannya. Padahal kekuasaan seharusnya digunakan untuk melindungi kaum yang lemah karena orang-orang lemah hanya dapat berlindung kepada yang mempunyai kuasa, orang yang punya jabatan untuk itu, orang yang punya perintah untuk itu. Atas sikap manusia yang dholim Allah telah mengemukakan dalam alQuran: Surat Ibrahim 34, menyebutkan: “Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari nikmat allah”
Jamaah tarwih rm. Yang paling baik adalah manusia yang seperti lebah. Orang mukmin itu ibarat lebah. Ia makan makanan yang baik saja, yaitu makanan-makanan yang halal, yang bermanfaat bagi tubuhnya. Bukan makanan haram atau makan makanan yang tidak menyehatkan tubuhnya. Agar jasmaninya kuat dan hatinya kuat sehingga dapat mengabdi kepada Allah. Tingkah lakunya selalu memberikan kebaikan pada orang lain, lidahnya dijaga tidak menyakiti hati orang lain, bila punya kekuasaan atau jabatan jabatan itu digunakan untuk melindungi orang lain, bila punya ilmu, ilmunya diberikan untuk memberi pengajaran pada orang lain bukan untuk diri sendiri. Bila punya keahlian dan kepandaian, kepandaiannya digunakan untuk memberikan manfaat kepada orang lain.
Lebah tidak pernah tinggal di tempat yang buruk baginya. Begitu juga seorang mukmin sebaiknya memilih lingkungan atau tempat tinggal yang baik lingkungannya. Baik untuk diri dan keluarganya. Dapat melindungi dirinya dari perbuatan dosa. Orang yang berada dilingkungan penjudi akan membuatnya mudah tergelincir berbuat judi, tingga dengan perampok akan mendorong kita menjadi perampok, tinggal dengan orang-orang yang soleh akan mendorong kita berbuat soleh. Karena sudah tabiat manusia mudah meniru orang lain. Apalagi di saat iman kita dalam keadaan lemah, kita akan lebih mudah meniru perbuatan dosa orang lain. Sedangkan yang di siarkan TV saja orang mudah meniru apalagi yang di depan mata kita sehari-hari.
Lebah tak mau merusak tempat ia tinggal. Orang mukmin juga seperti itu bila berada di suatu tempat memberikan manfaat bagi orang sekitarnya.
Jamaah rm. Marilah kita mencontoh lebah, menjadi manusia yang selalu memberi manfaat kepada orang lain. Kata-kata baik, sikap yang baik kepada orang lain, tak pernah mendhalimi orang lain dan hanya mencari nafkah yang baik. Sebagaimana Rasulullah bersabda: Khoirunnas yanfa’u linnas” sebaik-baik manusia adalah orang yang memberi manfaat kepada orang lain. Kebalikannya berarti seburuk-buruk manusia adalah yang memberikan kerugian pada orang lain. Wallahu a’lam.
Semut adalah binatang yang makan sedikit demi sedikit tanpa henti. Ia dapat menghimpun makanan untuk persediaan bertahun-tahun meski hidupnya tak sampai satu tahun. Ia makhluk yang sangat loba alias rakus, karena lobanya seringkali kita lihat ia memikul sesuatu yang lebih besar dari badannya, meskipun akhirnya tidak berguna bagi dirinya.
Di dalam surat an-Naml ini diuraikan sikap Firaun, seorang yang kaya raya karena raja dan seorang yang selalu haus akan kekuasaan tetapi ia sangat ingkar kepada Allah. Dan diceritakan pula di dalam surat an-naml tentang Nabi sulaiman, yaitu seorang yang memiliki kekuasaan yang tidak dimiliki manusia sebelum dan sesudahnya.
Di dalam surah al-ankabut diceritakan Sarang laba-laba adalah tempat yang paling rapuh, ia bukan tempat yang aman, apapun yang berlindung di sana akan disergapnya dan dimakannya. Jangankan serangga lain sedangkan jantannyapun setelah selesai berhubungan seks akan disergapnya dan dimusnahkan betinanya. Telurnya menetas saling memusnahkan karena saling berdesakan. Laba-laba adalah jenis binatang pemangsa.
Lebah adalah perumpamaan orang mukmin kata Nabi sebagaimana dalam hadistnya: “Matsalul mukmin matsalunnahlah in akalat akalat thayyiba wain wadhoat wadhoat thoyyiba wa in waqa’at ‘ala ‘udi syajarin lam yuksirhu”
Perumpamaan orang mukmin seperti lebah apabila makan ia makan yang baik-baik, bila ia tinggal tinggal di tempat yang baik dan bila ia hinggap di suatu tempat tidak merusaknya.
Lebah adalah binatang pemakan sari tumbuh-tumbuhan, ia mengolah makannya sendiri dan hasil olahannya menjadi madu dan lilin. Lilin berguna untuk penerang manusia dan madu dapat menjadi obat. Lebah binatang yang sangat disiplin, mengenal pembagian kerja, dan segala yang tidak berguna disingkirkan dari sarangnya. Ia tidak mengganggu kecuali ada yang mengganggunya, bahkan sengatannya dapat dijadiklan obat.
Dari ketiga binatang itu, merupakan tamsilan perilaku manusia sekarang. Ada manusia seperti semut, yang kerja mencari makan terus menunmpuk harta terus tak perduli hal lain, tak perduli halal haram semua disikat. Kecintaan kepada harta sangat luar biasa. (Sebagaimana firman Allah wainnahu lihubbil khairi lasyadid “Sungguh manusia itu sangat cinta kepada harta”) Tak jarang kita jumpai ada orang yang mencuri, korupsi, merampok dan lain sebagainya yang sulitnya diterima akal ada orang yang mencuri uang rakyat padahal dirinya sudah kaya, sudah punya mobil, punya hotel. Karena ingin memenuhi kebutuhannya menumpuk harta kekayaan, kalau perlu sampai tujuh turunan. Mengumpulkan harta walau harta itu tak akan dinikmatinya kelak. Di rumah penuh dengan barang-barang koleksi dari barang antic sampai barang yang paling mutakhir semua ada di rumah. Ada guci yang harganya jutaan rupiah, ikan hias harga puluhan juta. Dari mulai teras sampai ke dapur penuh dengan barang-barang kesukaannya katanya ingin koleksi barang. Meski sudah tak berguna tetap di simpan. Padahal bila diberikan kepada orang lain akan dapat dimanfaatkan.
Ada juga manusia yang mirip tingkahnya seperti laba-laba. Di mana-mana berbuat zhalim kepada orang lain. Tak perduli kepada siapapun. Pokoknya siapa yang dekat dengannya akan dihalimi. Bahkan isteri sendiripun didhalimi. Dipukul, disiksa, bahkan ada yang dapat melakukan pembunuhan terhadap isteri sendiri. Bila punya kekuasaan kekuasaannya hanya akan dipergunakan untuk mendhalimi orang lain bukan justru untuk melindungi. Bahkan kepada kaum yang lemah yang sudah tak berdaya sekalipun didholimi. Dengan menggunakan kekuasaannya. Padahal kekuasaan seharusnya digunakan untuk melindungi kaum yang lemah karena orang-orang lemah hanya dapat berlindung kepada yang mempunyai kuasa, orang yang punya jabatan untuk itu, orang yang punya perintah untuk itu. Atas sikap manusia yang dholim Allah telah mengemukakan dalam alQuran: Surat Ibrahim 34, menyebutkan: “Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari nikmat allah”
Jamaah tarwih rm. Yang paling baik adalah manusia yang seperti lebah. Orang mukmin itu ibarat lebah. Ia makan makanan yang baik saja, yaitu makanan-makanan yang halal, yang bermanfaat bagi tubuhnya. Bukan makanan haram atau makan makanan yang tidak menyehatkan tubuhnya. Agar jasmaninya kuat dan hatinya kuat sehingga dapat mengabdi kepada Allah. Tingkah lakunya selalu memberikan kebaikan pada orang lain, lidahnya dijaga tidak menyakiti hati orang lain, bila punya kekuasaan atau jabatan jabatan itu digunakan untuk melindungi orang lain, bila punya ilmu, ilmunya diberikan untuk memberi pengajaran pada orang lain bukan untuk diri sendiri. Bila punya keahlian dan kepandaian, kepandaiannya digunakan untuk memberikan manfaat kepada orang lain.
Lebah tidak pernah tinggal di tempat yang buruk baginya. Begitu juga seorang mukmin sebaiknya memilih lingkungan atau tempat tinggal yang baik lingkungannya. Baik untuk diri dan keluarganya. Dapat melindungi dirinya dari perbuatan dosa. Orang yang berada dilingkungan penjudi akan membuatnya mudah tergelincir berbuat judi, tingga dengan perampok akan mendorong kita menjadi perampok, tinggal dengan orang-orang yang soleh akan mendorong kita berbuat soleh. Karena sudah tabiat manusia mudah meniru orang lain. Apalagi di saat iman kita dalam keadaan lemah, kita akan lebih mudah meniru perbuatan dosa orang lain. Sedangkan yang di siarkan TV saja orang mudah meniru apalagi yang di depan mata kita sehari-hari.
Lebah tak mau merusak tempat ia tinggal. Orang mukmin juga seperti itu bila berada di suatu tempat memberikan manfaat bagi orang sekitarnya.
Jamaah rm. Marilah kita mencontoh lebah, menjadi manusia yang selalu memberi manfaat kepada orang lain. Kata-kata baik, sikap yang baik kepada orang lain, tak pernah mendhalimi orang lain dan hanya mencari nafkah yang baik. Sebagaimana Rasulullah bersabda: Khoirunnas yanfa’u linnas” sebaik-baik manusia adalah orang yang memberi manfaat kepada orang lain. Kebalikannya berarti seburuk-buruk manusia adalah yang memberikan kerugian pada orang lain. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar